Selamat Datang Diblog MADRASAH DINIYAH AL YAQIN. Terima kasih anda sudah mengunjungi Blog kami.

Minggu, 24 Juli 2011

Madrasah Diniyah: Kesadaran Membangun Masyarakat Religius

Pendidikan keagamaan sebagai sarana bagi penanaman nilai-nilai sosial dan budaya bangsa ini masih cukup relevan dan strategis dalam membangun bangsa ini. Masyarakat Indonesia yang notabene adalah masyarakat religius yang meletakkan agama sebagai referens nilai dan juga dasar pemikiran dalam mengembangkan budaya dan norma-norma kehidupan. Kenyataan ini dapat kita lihat pada bentuk-bentuk tradisi yang selalu diwarnai oleh ritual keagamaan, setidaknya setiap praktek tradisi yang berlangsung dan berkembang di masyarakat kita tidak luput dari untaian do’a dan harapan-harapan yang berlandaskan pada kesadaran spiritual pada tingkatan individu yang kemudian terwarisi turun-temurun dari generasi ke generasi.

Kesadaran spiritual tinggi yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia pulalah yang juga menjadi motivasi dalam proses perebutan hak kemerdekaan bangsa kita dari tangan penjajah, banyak simpul-simpul gerakan kemerdekaan di masa penjajahan yang merupakan tokoh-tokoh keagamaan seperti kiyai dan ulama yang diikuti oleh para murid dan santrinya. Artinya spiritualitas yang dimiliki bangsa ini berhasil membawa pencerahan untuk bangkit dan berdiri melawan segala bentuk penindasan di masa penjajahan. Kenyataan yang cukup kontradiktif dengan hal itu saat ini terjadi pada bangsa kita di era modern. Moderrnitas pada tahap yang sudah nyata saat ini telah mampu menggeser nilai-nilai spiritualitas yang merupakan kekuatan moral masyarakat, rasiionalisme yang berkembang dalam bentuk pencapaian-pencapaian kebutuhan materil telah menggantikan kepuasan batin dalam sosok individu-individu manusia Indonesia.
Dalam banyak pembahasan kesadaran akan pentingnya penanaman nilai-nilai keagamaan memang mendapatkan perhatian serius, hal ini tak lain karena realitas kekinian yang semakin mengkhawatirkan khususnya di kalangan generasi muda kita, persoalan yang muncul semakin kompleks karena konteks sosial yang juga rumit untuk dipahami dalam pola fikir mereka, fenomena tawuran pelajar, kasus-kasus narkoba, kebebasan seksual dan gaya hidup metropolis lainnya semakin dekat dengan generasi muda kita, bukan hanya di perkotaan, namun sudah menghilangkan sekat-sekat geografis, keadaan ini semakin hari semakin merata. Kegelisahan dapat kita rasakan, namun akar dari kegelisahan itu masih sulit untuk kita temukan sebagai starting point dalam merangkai kembali jalinan nilai yang memudar perlahan dalam dinamika kehidupan modern yang tak terkendali.
Agama masih kita yakini sebagai solusi dan ini ada dalam benak kejiwaan setiap kita, tetapi sekat yang muncul dari realitas modern kehidupan semakin menjauhkan sistem nilai kita dari norma-norma keagamaan yang kita yakini, dan mengarahkan pola fikir kita pada pemilahan antara kebutuhan riil (duniawi) dan kebutuhan abstrak (ukhrowi). Inilah tantangannya dan demikianlah keadaan batin setiap orang Indonesia di masa kini. Lalu bagaimana kita melangkah dan menentukan arah kebijakan untuk generasi mendatang, sementara hari ini kita tidak mampu menyelesaikan kontradiksi internal pada tataran ideologis yang kita anut.
Madrasah memiliki poin penting untuk diusung sebagai kekuatan dalam menggalang kembali kepercayaan diri bangsa ini untuk mandiri dengan ide-ide dasar kehidupan bangsa yang memang telah dan pernah kita miliki, spritualitas yang termanifestasi dalam prikehidupan sosial dan kemasyarakatan dan tetap menghargai konteks kemajemukan yang kita miliki. Ada beberapa hal yang penting untuk dicatat sebagai potensi ideal yang masih dimiliki oleh madrasah diniyah misalnya, pertama, berangkat dari kebutuhan masyarakat, dikelola dan dikembangkan oleh masyarakat serta selalu bergerak dinamis dalam konteks kemasyarakatannya, artinya integritas ideologis madrasah diniyah betul-betul merepresentasikan sebagai gerakan kemasyarakatan yang masih relatif murni dan terlepas dari kepentingan-kepentingan lain seperti ekonomi dan politik misalnya. Kedua, semua itu terjadi karena orisinalitas ide madrasah diniyah yang memang berakar kuat secara historis pada masyarakat, dan ketiga, keberpihakan pada masyarakat lemah masih dominan dalam visi kemasyarakatan madrasah, sistem administrasi yang meskipun kurang profesional namun sangat toleran terhadap kondisi ekonomi masyarakatnya, SPP yang ringan atau mungkin tidak ada sama sekali (prinsip keikhlasan).
Beberapa poin diatas cukuplah untuk kita menyimpulkan bahwa di tengah modernitas kehidupan bangsa kita ada kerinduan pada hilangnya norma-norma yang menjadi pedoman hidup kita di masa lalu, spiritualitas moralitas dan kerukunan adalah tiga landasan hidup yang mulai memudar dan sering menjadi bencana sosial di lingkungan masyarakat. Dengan mengembalikan ketiga nilai tersebut melalui langkah strategis berupa penguatan internal kelembagaan madrasah semoga kita bisa kembali meraih apa yang telah hilang dari kesadaran kita dan menjadikannya sebagai karakter pribadi bangsa Indonesia yang moralis, mandiri dan dengan kualifikasi Imtaq dan Iptek sesuai dengan slogan yang selalu kita suarakan. Wallahu a’lam….. [HI]

0 komentar:

Posting Komentar

Pengunjung